
Contoh teks khutbah Jumat dengan tema menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Naskah khutbah Jumat Agustus 2024 dalam artikel ini, berkaitan dengan situasi nasional pasca peringatan Hari kemerdekaan ke 79 RI. Dalam khutbah Jumat Agustus 2024, akan diterangkan bagaimana umat Islam dapat memiliki rasa tanggungjawab besar menjaga keutuhan negara.
Khotib dapat mengajak umat Islam dapat meneruskan semangat perjuangan para ulama dan menjaga negaranya. Adapun contoh teks khutbah Jumat ini, dapat dibacakan ketika khutbah salat Jumat hari ini, Jumat, 23 Agustus 2024. Simak contoh khutbah Jumat berikut ini, dilansir dari laman Pondok Pesantren Lirboyo .
Dahulu, KH. Hasyim Asy’ari dan ulama ulama terdahulu berkumpul dalam satu meja. Sebelumnya, tak pernah para ulama merasa resah seperti ini. Mereka memiliki suatu tanggungjawab besar yang mereka panggul, yakni merawat dan menjaga kehidupan beragama masyarakat mereka masing masing. Kalender Oktober 2024 Lengkap dengan Tanggal 30 Oktober 2024 Memperingati Hari Apa? Posbelitung.co
Tapi di hari itu, mereka harus meninggalkan masyarakat mereka sementara waktu. Mereka pergi dari rumah menuju satu titik untuk bertemu dengan ulama lainnya. Apa gerangan yang memaksa mereka meninggalkan tanggungjawab besar itu? Tiada lain adalah mereka telah mendapat tanggung jawab yang lebih besar: menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara ketika itu sedang mendapat ancaman serius dari tentara penjajah. Keadaan telah demikian genting. Maka demi kepentingan negara, para ulama rela meninggalkan kewajiban mereka sejenak kepada masyarakat sekitar.
Karena menjaga negara sesungguhnya kewajiban paling besar yang ditanggung oleh ulama. Ini selaras dengan apa yang diucapkan oleh KH. Wahab Hasbulloh: Mencintai tanah air, memperjuangkan kedamaian tanah kelahiran dan menjaga keutuhan negara dari perusak kedamaian adalah bagian dari Iman. Tanpa ghirah dan semangat membela negara, mustahil seseorang dianggap sempurna keimanannya. Sudah barang tentu, para ulama, yang memiliki kadar keimanan yang telah tinggi, akan menyerahkan seluruh jiwa raganya untuk memperjuangkan kedamaian tanah kelahirannya itu. Dari pertemuan itu, dihasilkan sebuah keputusan besar: Fatwa Resolusi Jihad. Fatwa ini menghendaki bahwa setiap muslim berkewajiban untuk melindungi negaranya dari serangan penjajah.
Hanya dengan kondisi negara yang aman dan tentram lah ajaran agama dapat dilestarikan dengan sempurna. Dalam surat al Baqarah ayat 190 disebutkan: “Dan perangilah di jalan Allah orang orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang melampaui batas.” Ayat di atas menegaskan bahwa kita memiliki tanggungjawab untuk mempertahankan agama Allah. Kita harus memperjuangkan kelestarian agama kita dengan sepenuh jiwa dan raga.
Kita bisa menyaksikan bagaimana perjuangan para ulama di zaman dahulu. Mereka rela turun ke medan, menghadapi langsung para musuh. Bahkan, KH. Mahrus Aly, salah satu dari tiga tokoh Pondok Pesantren Lirboyo, memimpin perang langsung di area peperangan. Perang 10 November di Surabaya adalah perang paling heroik yang pernah ada di bumi Nusantara. Para pejuang Indonesia berhadapan dengan musuh yang bersenjatakan lengkap. Bahkan mereka telah mengepung kota dari seluruh daratan, laut dan udara. Meski begitu, para pejuang Indonesia tidak sedikitpun gentar menghadapi musuh. Mengapa? Karena di belakang mereka ada para ulama yang turut mengangkat senjata. Ada Kiai Abbas Buntet yang menjadi pemimpin tentara di udara. Ada Kiai Mahrus Aly Lirboyo yang menjadi panglima tentara di darat. Seluruh ulama dan rakyat bersatu padu mempertahankan keutuhan negara. Semua itu dilakukan demi menjaga negara Kesatuan Republik Indonesia.
Karenanya, jangan pernah sekali kali kita melupakan jasa para ulama. Perjuangan yang mereka lakukan bukan hanya berdiam di masjid, duduk berdzikir, memutar tasbih. Justru mereka adalah para pejuang yang paling gigih, yang tak sedikitpun melirik hal lain dalam memperjuangkan negara, selain bahwa negara harus dibela mati matian. Negara adalah harta yang paling berharga bagi mereka. Berkat jasa mereka lah, kita bisa hidup di dalam negara yang damai, dan menjalani hidup dengan santun dan tentram.
Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.